Office : Jl. Sumagung 1/2A Kelapa Gading Jakarta Utara
Dokumen : Jl.Bungur Besar VIII/86 Jakarta Pusat
Telp : (021) 4251303, (021) 45857868
Hotline : 0821 2222 3793 / 0878 860 850 80

Artikel Ziarah

Artikel Holyland Tour - Dari Bait Salomo Sampai Al Aqsa

Dari Bait Salomo Sampai Al Aqsa

Salah satu situs "penting yang selalu menjadi pusat perhatian dan pertanyaan tiap kali ziarah ke Yerusalem ialah dimana letaknya Bait Allah, dan bagaimana sejarahnya sehingga sekarang ini. Ada beberapa pendapat tentang asal usul tempat dibangunnya Bait Suci. Menurut kitab Kejadian 22:2, Allah memerintahkan Abraham untuk membawa Ishak ke tanah Moria (“erets hammoriyya). Untuk dipersembahkan sebagai korban di salah satu gunung. Dalam 2 Taw. 3:1, dikatakan bahwa Bait Suci yang dibangun Salomo terletak di gunung Moria (behar hammoriyya), di tempat yang ditetapkan Daud. Di tempat dimana Tuhan menampakkan diri kepada Daud, tempat pengirikan Ornan, orang Yebus. Memperhatikan letaknya, dapatlah dikatakan di Yerusalem. Mengapa disebut Bait Allah Salomo? Sebab di bawah pemerintahan raja Salomo, Bait ini dibangun. Raja Daud, tidak diijinkan Tuhan untuk membangunnya, tetapi Tuhan mengijinkan Daud menyiapkan bahan-bahan untuk pembangunan dan juga menunjukkan tempat dimana Bait Suci itu akan dibangun. Yaitu di bukit Arauna yang dibeli Daud dengan harga 50 syikal perak (2 Samuel 24, 1 Tawarikh 22). Bait Allah Salomo (Bait Suci I), dibangun sekitar tahun 957/sM. Panjang 32m, lebar 11m, tinggi 16m. sebuah bangunan yang sangat mahal dan sangat mewah. (lihat 2 Tawarikh 3-5) Dalam perjalanan sejarah bangsa Israel, terjadilah Bait Allah yang dibangun Salomo dihancurkan oleh Babel pada tahun 586/587sM. (2 Raja-raja 25:9). Setelah Koresy raja Persia memperoleh kekuasaaan atas Babel pada tanggal 29 Oktober 549 sM, ia mengijinkan bangsa Israel pulang dan membangun kembali Yerusalem khususnya Bait Suci. (Bait Suci ke II) (2 Taw. 36:22-23, Ezr. 1:1-4). Pemulangan terjadi sekitar tahun 539-537 sM), Mereka kembali sambil membawa beberapa peralatan Bait Suci Salomo yang dulunya dijarah oleh tentara Babel. (Ezra 1: 3:2-3, 8-10). Menurut Kitab Ezra 4, orang-orang yang tinggal di sekitar reruntuhan Bait Allah, berupaya menghalangi pembangunan tahun 536 sM. Sehingga terhenti sekitar 15 tahun. (Ezra'4:5). Akhirnya pada tahun 520 sM, pada tahun kedua pemerintahan Darius, Nabi Hagai dan Zakharia mendorong orang Yahudi untuk menyelesaikannya. Menurut catatan sejarah, ketika Zerubabel dan Yesua (Ezra 5:2) mulai memimpin pembangunan ini, Tattenai, penguasa Persia atas wilayah ini mengajukan pertanyaan tentang siapa yang memberikan kuasa kepada orang Yahudi untuk membangunnya kembali. Pertanyaan ini dijawab berdasarkan ijin raja Sebelumnya yaitu Koresy. Kemudian setelah dekrit Koresy ditemukan, Darius memberikan perintah supaya upaya pembangunan Itu jangan dihalangi dan ia mengesahkan pemberian biaya untuk pembangunannya. Pekerjaan ini akhirnya diselesaikan pada tahun keenam pemerintahan Darius, 515 sM. Upacara pentahbisan. Ezra 6:16-20). Selanjutnya karena ingin menarik perhatian orang-orang Yahudi, Raja Herodes, berinisiatif membangun atau memperluas kembali Bait Allah yang telah dibangun setelah kembali dari pembuangan. Herodes mulai membangunnya pada tahun 19 sM. Pembangunan Bait ini oleh Herodes dijaga dengan sangat ketat. Menurut A.R.Millard, dalam tulisannya tentang Bait Allah dalam buku The New Bible Dictionary, edisi Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh YKBK/OMPF dengan judul Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, menuliskan bahwa sekitar 1000 orang imam dilatih secara khusus menjadi tukang, dengan tugas khusus membangun ruang Kudus dan Maha Kudus. Walau bangunan pokok telah selesai sekitar tahun 9 sM, pembangunan masih berlangsung sampai tahun 64 M. Bangunan megah ini dibangun dari batu putih dan juga emas. Dalam pelayanannya, Tuhan Yesus menyatakan bahwa tidak akan ada satu batupun yang akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan. Perkataan Tuhan Yesus dalam Injil Matius 24:1,2, digenapkan pada waktu Jenderal Titus menumpas pemberontakan Yahudi dan menghancurkan Yerusalem termasuk Bait Allah, pada tahun 70M. Pada waktu dihancurkan oleh tentara jenderal Titus tahun 70 M, Pegangan lilin dari emas, meja untuk roti sajian serta barang-barang lainnya diangkut ke Roma, sebagai tanda kemenangan. Selanjutnya pada waktu Hadrian menjadi kaisar Romawi, ia benar-benar menghancurkan Yerusalem pada tahun 135M. satu-satunya bagian Bait Allah yang tidak dihancurkan ialah dinding penahan sebelah barat yang sekarang dikenal dengan sebutan “Tembok Ratapan/Barat”. Ia memerintahkan melenyapkan puing-puing kota ini dan membangun kota baru dengan nama Aelia Capitolina. Sejak waktu inilah lokasi Bait Allah sampai dengan tahun 635M menjadi tempat yang sunyi. Selanjutnya Yerusalem dikuasai oleh tentara Islam, tetapi sampai pada waktu itu, lokasi Bait Allah tetap menjadi tempat yang sunyi. Menurut Charles Ludwig dalam bukunya Kota-kota pasa zaman Perjanjian Baru, Saat Islam menguasai Yerusalem di bawah komando Umar, kalifah Islam kedua setelah Abu Bakar, Ayah mertua Muhammad. Setelah Yerusalem jatuh, Sophronius sebagai bapa leluhur masyarakat Yahudi yang mewakili penduduk Yerusalem bertemu dengan Kalifah Umar di Bukit Zaitun, untuk membicarakan syarat-syarat pendudukan. Setelah mendapat janji jaminan atas keselamatan kota, ia kembali ke Yerusalem. Tidak berapa lama kemudian, tibalah waktu sembayang bagi umat muslim. Sophronius membawa Umar ke gereja Holy Sepulcher, tetapi Umar menolak untuk berdoa di sana. Ia berkata jika sampai ia berdoa di situ, maka umat islam mengambil alih gereja ini. Selanjutnya, Umar dibawa ke beberapa gereja, tapi tetap sama. Akhirnya, Umar di bawa ke tempat Bait Allah, yang memang selama ini dibiarkan, tidak dibangun apapun di atasnya karena mengingat apa yang dikatakan Tuhan Yesus. Kemudian ditunjukkan batu karang yang di kenal sebagai Moria, tempat Abraham mempersembahkan kurban bakaran. Karena gembiranya, Umar membersihkan kotoran binatang di atas batu itu dengan tangannya, ia mendirikan sebuah mesjid kayu di atasnya. Yerusalem kemudian menjadi kota Islam dan namanya diubah menjadi El-Kuds (Kudus). Pada tahun 687M, Mekah jatuh ke tangan Abdul Malik, khalifah Damaskus. Dan ia memerintahkan membangun Al-Agsa di tempat mesjid kayu Umar, yang terletak di Moria, bekas reruntuhan Bait Allah. Semasa pendudukan ksatria Salib, mesjid ini menjadi Gereja, dan di atas kubahnya dipasang salib. Setelah Yerusalem jatuh ke tangan Saladin, pada tahun 1187, dikembalikan menjadi Mesjid. Sekarang ini Al-Agsa berada dibawah kekuasaan Israel, namun tetap memeliharanya sebagai mesjid dan tetap menjadi tempat ibadah kaum muslim, tanpa meruntuhkannya untuk membangun kembali Bait Salomo.

Share

More From Artikel Ziarah

Gereja Abu Sirga - Mesir
Tempat pengungsian keluarga kudus dari holyland ke Mesir

Gunung Tabor
Matius 17:1-7
CONTACT US
Office : Jl. Sumagung 1/2A Kelapa Gading Jakarta Utara
Dokumen : Jl.Bungur Besar VIII/86 Jakarta Pusat
Telp : (021) 4251303, (021) 45857868
Hotline : 0821 2222 3793 / 0878 860 850 80

FOLLOW US

© Copyright 2023 - Efrat Tour Rights Reserved,
Powered by EFRAT TOUR
Contact Information